Bencana
pertama yang dihadapi setiap anak Adam adalah kematian. Dalam sebuah riwayat dari Anas ra, ia berkata bahwa Nabi
Muhammad Saw bersabda : Kematian itu adalah kiamat, maka barang siapa
yang telah mati maka telah sampailah kiamatnya. (Hadits Riwayat Ibnu
Abid Dunya- hadits ini termasuk hadits dhaif).
Tentang
hebatnya kematian, disebutkan dalam sebuah hadits dari Anas ra, iba berkata:
Rasulullah Saw bersabda: Anak Adam tidak akan menemui sesuatu dari apa
yang diciptakan Allah, lebih hebat dari maut. Dan maut ini pun merupakan yang
paling ringan dibandingkan dengan yang sesudahnya. (HR.
Ahmad).
Malaikat
Izrail pernah menanyakan kepedihan dikala nyawa direnggut kepada Nabi Idris as,
Izrail
: Hai Idris, bagaimana rasanya mati
itu?
Idris
as
: Seperti binatang terkelupas kulitnya dalam keadaan hidup, rasa
sakitnya mati itu seribu kali
lipat daripadanya.
Izrail :
Padahal belum pernah aku mencabut nyawa seseorang sehalus dan sehati-hati ketika mencabut nyawamu. (Dari Durratun Nasiihin II. Hal 166-167-Usman
al -Khaibawi)
Dalam
sebuah riwayat disebutkan, bahwa setelah ruh Nabi Musa as berada di hadapan
Allah Ta'ala, maka Allah Swt bertanya,
Allah : Hai Musa, bagaimanakah rasanya mati?
Musa : Aku merasakan seolah-olah seperti
kambing hidup yang dikuliti oleh
tangan pemotong hewan.
Allah
Swt juga bertanya kepada Nabi Ibrahim as, ketika beliau wafat,
Allah :
Bagaimanakah engkau merasakan mati hai Khaliullah.
Ibrahim : Seperti besi pembakar daging
yang diletakkan yang diletakkan
dalam bulu yang basah lalu
ditarik.
(Dari
Menyingkap Rahasia Alam Barzah, (Imam al-Ghazali)-Abdul Ghoni Asykur,hal 19)
Akan
sesuai sekali bila mati yang paling ringan digambarkan seperti, Sesungguhnya
semudah-mudahnya mati adlah seukuran memasukkan kayu berduri ke dalam bulu
biri-biri melainkan beserta bulu itu. (HR. Ibnu Abid Dunya). Diriwayatkan
lagi bahwa jikalu setitik dari kepedihan mati itu diletakan di atas
seluruh bukit dunia, niscaya hancur luluhlah mereka. Dalam riwayat lain dari
Makhul, dari Nabi Saw beliau bersabda, "Jika rasa kepedihan sehelai rambut mayat
diletakkan atas penduduk langit dan bumi, niscaya mereka mati dengan izin Allah
Ta'ala." (Al Haditz)
Maka
tidaklah begitu mengherankan bila makhluk terkuat terhadap siksaan pun seperti
Iblis kalang kabut dan menjerit-jerit karena sakitnya sakaratul maut. Diceritakan
dalam sebuah riwayat bahwa ketika hendak dicabut nyawanya oleh malaikat Izrail,
Iblis melompat-lompat ke sana ke mari lantaran takutnya. Akhirnya
sampailah ia di pusara Nabi Adam as dan bersujudlah ia di situ. Malaikat
Izrail berkata: "Allah tidak akan menerima taubatmu karena pintu taubat
telah tertutup bagimu." Maka tanpa ampun Izrail
merenggut nyawanya dengan paksa sehingga memaksanya berteriak melengking
menahan pedih yang amat sangat. (Dari
Berita Ghaib dan Alam Akhirat, hal 159-Drs Muhammad Anwar).
Tak
terkecuali manusia setabah Rasulullah pun minta tolong kepada Allah saat menghadapi
sakratul maut karena begitu beratnya. Disebutkan dalam hadits dari Ummil
Mukminin, Siti Aisyah ra, ia berkata: aku melihat Rasulullah Saw disaat beliau
akan wafat, di sampingnya ada sebuah bejana berisi air. Beliau memasukkan
tangannya ke dalam bejana itu lalu mengusapkannya ke wajah beliau seraya
bersabda: Ya Allah, tolonglah daku dari sakaratul maut ini.
(HR. Nasa'I, Ibnu Majah dan Ahmad dan Tirmidzi)
Setelah
beliau melihat putrinya Fatimah ra, nampak kurang rela (tidak tega melihat
beliau) maka 'Aisyah berseru: "Alangkah dekatnya" kemudian beliau bersabda
kepada putrinya: Wahai putriku, telah datang kepada ayahmu apa yang Allah tiada
akan membiarkan seseorang dalam menghadapi kematiannya hingga hari kiamat. (HR.
Ahmad).
Dalam
kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali dari Ibnu 'Abbas meriwayatkan: Nabi Ibrahim
as adalah orang yang sangat teliti. Beliau mempunyai ruangan khusus untuk
beribadah. Bila hendak pergi, beliau selalu mengunci dan membawa anak kuncinya.
Suatu hari, ketika beliau membuka pintu, beliau terkejut karena di dalamnya
beliau temukan seorang laki-laki yang mencurigakan. Nabi Ibrahim as bertanya,
Ibrahim : Siapakah yang mengizinkan engkau
memasuki ruangan ini?
Lelaki itu
: Pemilik rumah ini.
Ibrahim : Akulah pemilik rumah ini.
Lelaki itu
: Yang memiliki bumi dan langit.
(Nabi Ibrahim tersentak karena terkejut)
Ibrahim : Siapakah engkau sebenarnya?
Lelaki itu
: Malaikat maut.
Ibrahim : Maukah engkau menunjukkan wajahmu
ketika hendak
mencabut nyawa orang mukmin?
Izrail : Tentu. Alihkan pandanganmu
sebentar.
(Nabi
Ibrahim memenuhi permintaannya dan ketika beliau menoleh kembali
dilihatnya
wajah dan penampilan Malaikat Maut sudah berubah menjadi seorang pemuda tampan,
berpakaian indah serta amat wangi)
Ibrahim : Dalam keadaan seperti ini setiap
orang mukmin yang engkau
datangi akan merasa sangat riang.
(Kemudian
Nabi Ibrahim berkata lagi kepada Malaikat Maut).
Ibrahim
: Maukah engkau menunjukkan
wajahmu ketika hendak
mencabut nyawa orang kafir?
Izrail : Baiklah, berpalinglah engkau
sejenak.
(Seperti
semula, Nabi Ibrahim pun mengalihkan pandangannya dan ketika beliau menoleh
kembali maka tiba-tiba Malaikat Maut telah menjelma sebagai seorang yang hitam
legam, semua bulunya berdiri. Baunya amat busuk, serba hitam pakaiannya dari
mulut dan lubang hidungnya keluar lidah api dan asap. Maka seketika itu Nabi
Ibrahim as, yang pernah lulus dalam ujian menyembelih putra yang dicintainya
yaitu Ismail, pingsan. Dan setelah sadar kembali beliau
bersabda,)
Ibrahim
: Andaikan orang-orang kafir dan
para pendurhaka itu tidak
menerima siksaan yang lain, kiranya sudah
cukuplah ia tersiksa
ketika melihat bentuk dan rupamu tadi.
Keterangan
Tentang Malaikat Maut yang sebenarnya (asal usul malaikat Izrail disebut
Malaikat Maut) disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa dikala Malaikat Maut
dijadikan, ia diberi tabir dari para makhluk dengan dengan beribu-ribu tabir
yang besarnya melebihi seluruh langit dan bumi. Belum pernah Allah menciptakan
makhluk yang lebih besar daripada Malaikat Maut, sehingga seandainya seluruh
air lautan dan sungai-sungai dituangkan di atas kepalanya, niscaya setetespun
tak akan jatuh ke bumi. Ia diikat dengan rantai yang panjangnya dapat ditempuh
perjalanan seribu tahun. Para malaikat tidak akan mendekatinya, mereka tidak
akan mengetahuinya tempatnya, mereka tidak akan mendengarkan suaranya dan
mereka tidak akan dapat mengitari seluruh keadaannya, ia tidak tergantung pada
keadaannya.
Kemudian
Allah menyeru kepada malaikat :
"Berdirilah
dan melihatlah kalian, ini adalah Maut." Maka mereka seluruhnya berdiri,
lalu Allah memerintahkan kepada Maut :
"Terbanglah kepada mereka, kembanglah sayapmu dan bukalah
matamu. "Setelah ia terbang maka
para malikat melihat Maut dan seketika itu mereka terpelanting dan pingsan. Dan
ketika mereka sadar, mereka bertanya:
Malaikat
: Wahai Tuhan kami, adakah engkau
menjadikan makhluk yang
lebih besar daripada makhluk (Maut) ini?
Allah
: Aku menjadikannya dan Aku
lebih besar daripada Maut. Dan
wahai Izrail,
Aku perintahkan kamu mengambil Maut.
Izrail
: Wahai Tuhanku, dengan
kekuatan apakah aku mengambilnya,
sedangkan ia lebih besar dari aku?
Maka Allah
memberi Izrail kekuatan, lalu ia dapat mengambilnya dan tenanglah Maut di
tangannya. Setelah itu Maut berkata: " Wahai Tuhanku, perkenankanlah aku
untuk menyeru di langit barang sekali," Allah mengizinkannya lalu ia
menyeru dengan suara yang nyaring:
a.. Akulah Maut yang memisahkan antara
seluruh kekasih.
b.. Akulah Maut yang memisahkan antara suami
istri.
c.. Akulah Maut yang memisahkan antara
anak-anak dan ibunya.
d.. Akulah Maut yang memisahkan antara
saudara laki-laki dan perempuan.
e.. Akulah Maut yang merusakkan rumah dan
gedung-gedung.
f.. Akulah Maut yang meramaikan
kubur-kubur.
g.. Akulah Maut yang akan mencari dan
menjumpai kamu sekalian
walaupun
kalian berada dalam gedung besi yang dipagar rapat dan
tinggi.
Dan makhluk tidak akan kekal kecuali pasti akan merasakan aku.
(Dari
Berita Ghaib an Alam Akhirat, hal 23-24-M.Ali Chasan Umar, 1977)
Lalu
bagaimanakah cara Malaikat Maut mencabut nyawa manusia dalam waktu yang
bersamaan? Malaikat Maut (Izrail) adalah
pemimpin malaikat maut yang jumlahnya sangat banyak.
Rasulullah
Saw pernah menceritakan pengalamannya ketika berada di Sidratul
Muntaha
(tempat yang paling tinggi di atas langit ketujuh).
Di situ ada pohon raksasa
yang ranting paling atasnya berada di bawah Arsy. Di bawah Sidratul Muntaha
terbentang surga. Daun-daunnya sangat lebar. Di atas setiap lembar daun duduk
seorang malaikat, mereka tak henti-hentinya berdzikir, bertakbir dan bertahmid
kepada Allah Swt. Pada setiap daun itu tertulis nama-nama seseorang yang
lengkap dengan catatan pribadinya. Apabila nama seseorang yang tertera di bawah
daun itu menjadi agak kuning. Dan bila orang itu mengalami sakaratul maut, daun
itupun terlepas dari tangkainya, dan malaikat yang duduk di atasnya menyerahkan
kepada Izrail lalu Izrail memerintahkan malaikat pembawa daun itumencabut nyawa
orang itu sesuai dengan nama yang tertera.
(Dari
Berita Ghaib dan Alam Akhirat, hal. 24-25, Drs Muhammad Anwar, 1988)
Dan
apa yang dialami seorang hamba sebelum nyawanya dicabut? Disebutkan dalam satu
riwayat, bila seorang hamba sudah mendekati ajal maka terkuncilah
mulutnya dan empat malaikat masuk kepadanya.
Malaikat
pertama mengucapkan salam seraya berkata: "Akulah
yang diserahi rizkimu yang telah aku usahakan dari bumi timur dan barat. Maka
aku tidak mendapatkan sesuap dari rizkimu bila ajalmu sudah dekat sekali".
Malaikat
kedua masuk sambil mengucapkan salam dan berkata:
"Akulah yang diserahi minumanmu. Aku mencari dalam bumi timur dan barat.
Maka tidaklah kudapatkan bagimu setegukpun bila ajalmu sudah dekat
sekali".
Malaikat
ketiga masuk sambil mengucapkan salam dan berkata:
"Akulah yang diserahi
nafas-nafasmu. Aku mencari dari bumi timur dan barat. Maka tidaklah kudapatkan
satu nafaspun bila ajalmu dekat sekali".
Malaikat
keempat masuk sambil mengucapkan salam dan berkata:
"Akulah yang diserahi ajalmu, aku mencari dibumi timur dan barat. Maka
tidaklah kudapatkan bagimu walaupun hanya sebentar bila ajalmu sudah dekat
sekali".
Selanjutnya
Malaikat Kiramul Katibin masuk kepadanya dari arah kanan dan kiri. Malaikat sebelah kanan berkata:
"Keselamatan bagimu, akulah yang diserahi amal kebajikanmu." Lalu
keluarlah lembaran yang putih dan diberikan kepadanya seraya dikatakan:
"Lihatlah kepada amalmu." Maka di saat itu ia merasa riang.
Malaikat
sebelah kiri berkata: "Keselamatan bagimu,
akulah yang diserahi amal kejahatanmu."
Maka keluarlah lembaran yang hitam dan diberikan kepadanya seraya dikatakan:
"Lihatlah kepadanya!" Maka disaat itu mengalirlah keringatnya.
Kemudian
apa yang dialami seorang hamba ketika ruh sudah sampai di kerongkongan di mana
pintu taubat telah tertutup.
Nabi
Saw bersabda: "Sesungguhnya orang mukmin bila dalam sakaratul maut, datanglah
malaikat membawa kain sutera yang berisi minyak kesturi dan seikat
wangi-wangian, lalu malaikat itu menarik ruhnya seperti menarik rambut dari
adonan dan dikatakan kepadanya: "Wahai jiwa yang tenang!, keluarlah kamu
dengan ridha dan diridhai menuju kesenangan Allah dan kemuliaan-Nya".
Setelah malaikat itu mengeluarkan ruhnya, lalu
meletakkannya di atas minyak kesturi dan wangi-wangian itu, kemudian melipatnya
dengan sutera dan dibawanya ke lliliyyin (tempat yang sangat tinggi).
“Dan
sesungguhnya orang kafir bila dalam sakaratul maut, datanglah malikat yang
membawa karung yang berisi bara api, lalu ia mencabut ruh orang kafir itu
dengan sangat kasar dan dikatakan kepadanya: "Wahai jiwa yang kotor!,
keluarlah kamu sambil merasa gundah dan dibenci menuju kemurkaan Allah dan
siksa-Nya." Setelah
malaikat mengeluarkan ruhnya serta menaruhnya di atas bara api yang mendidih,
lantas melipatnya dengan karung itu dan
dibawanya ke Sijjin (tempat terendah di bawah bumi).
Dalam
cerita lain, Diriwayatkan bahwa dua
orang malaikat saling berpandangan melihatnya disaat sedang menghadapi ajal. Jika
ia termasuk orang saleh maka keduanya memujinya serta berkata: "Allah
membalasmu dengan kebaikan." Jika ia termasuk orang yang beruntung
maka sebelum ruhnya dicabut, akan ditampakkan surga kepadanya terlebih dahulu.
Kemudian dilepaskan ruhnya secara perlahan-lahan serta lemah
lembut,
lalu dibawa ke langit paling tinggi dengan mendapatkan keridhaan Allah.
Sedangkan
hamba yang kafir atau munafik, akan melihat berbagai jenis azab dan kehinaan,
baik beliau melanjutkan sabdanya: "Sesungguhnya orang mukmin di saat telah
putus dengan kehidupan dunia dan hendak memasuki alam Barzah, diturunkan kepadanya malaikat
dari langit dengan wajah yang putih seolah-olah sebagai matahari. Mereka
membawa kafan dan pakaian surga hingga mereka duduk di dekatnya sejauh mata
memandang. Lalu datanglah malikat maut dan duduk di dekat kepalanya sambil
berkata: "Wahai ruh yang baik,
keluarlah menuju ampunan dan kerelaan Allah". Maka ruh itu pun keluar seperti air mengalir
dari titik-titik air hujan, lalu diambilnya dan dimasukkannya dalam kafan dan
daripadanya keluar bau harum seharum minyak misik (kesturi) yang ada
dipermukaan bumi.
Beliau
melanjutkan: "Lalu mereka naik dengan ruh itu. Tidak melewati
malaikat-malaikat
lain yang ada di langit, melainkan mereka sama bertanya: "Ruh siapakah
yang bagus ini?" Lalu dijawab: "Ruh Fulan bin Fulan" (dengan
sebutan namanya yang baik semasa di dunia). Setelah sampai ke langit yang
paling tinggi dari dunia ini mereka pun minta dibukakan dan diantarkan kesetiap
langit beriktunya hingga mencapai langit ketujuh. Kemudian Allah berfirman; "Tuliskanlah
untuk hamba-Ku ini di dalam Illiyyin. Dan kembalikanlah ke dunia sebab Aku
jadikan ia daripadanya dan juga akan kubangkitkan kembali".
Kemudian
ruh itu dikembalikan ke dalam jasadnya lagi lalu datanglah Malaikat
Munkar
dan Nakir. Ia didudukkan kemudian mereka bertanya,
Munkar-Nakir
: Siapa Tuhanmu?
Hamba
Saleh : Allah Tuhanku.
Munkar-Nakir
: Siapakah Rasul yang diutus
kepadamu?
Hamba
saleh : Dia adalah Rasulullah
Saw.
Munkar-Nakir
: Dan apa ilmumu?
Hamba
Saleh : Aku membaca Al-Quran,
kitab Allah itu lalu aku beriman
kepada-Nya dan membenarkan.
(Kemudian
terdengarlah suara panggilan yang memanggil dari langit hamba itu
benar
dan bentangkanlah baginya tikar dari surga serta berilah pakaian dari
surga,
kemudian bukakanlah pintunya. Setelah itu datanglah seorang laki-laki
yang
bagus parasnya, indah pakaiannya, wangi baunya. Laki-laki itu berkata),
Laki-laki
itu : Aku membawa kabar
gembira dengan apa yang
menyenangkan dirimu pada hari yang telah
dijanjikan
kepadamu.
Hamba
Mukmin : Siapakah Engkau?
Laki-laki
itu : aku adalah amal
salehmu.
Hamba
Mukmin : Ya Allah, datangkanlah hari
kiamat agar aku bisa kembali
Ke
tengah-tengah keluarga dan hartaku.
Rasulullah
Saw bersabda lagi: Sedangkan hamba Allah yang kafir apabila terputus dengan
dunia dan menghadap alam Barzah, maka turunlah Malaikat kepadanya dengan wajah
yang hitam dan pakaian yang sangat buruk.
Mereka duduk di dekatnya sejauh mata memandang, kemudian datanglah
Malaikat Maut yang lalu duduk di dekat kepalanya dan berkata; "Wahai jiwa
yang jahat, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya". Kemudian
ruhnya dipisahkan dari jasadnya dan disentak seperti menyentak paku dari
dinding atau besi panas yang diletakkan pada kain sutera kemudian ditarik
hingga robek. Lalu diambilnya serta dibawanya tanpa doa dan pujian. Ruh itu
dibungkus dengan kain yang jelek serta mengeluarkan bau
yang
sangat busuk yang ada di bumi. Mereka lalu naik yang setiap melewati
malaikat,
maka ditanyakan; Ruh siapa yang jahat
itu? Mereka menjawab: Fulan bin
Fulan'(dengan nama yang jelek yang dinamakan untuk dirinya ketika hidup di
dunia) hingga mencapai langit di dunia".
Lalu
beliau membacakan ayat, "Janganlah dibukakan pintu langit baginya
dan
catatlah
ia di dalam Sijjin pada lapisan bawah bumi :
Kemudian ruhnya
dicampakkan,
lalu beliau membaca ayat lagi: Barang siapa menyekutukan Allah dengan sesuatu
maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau
diterbangkan angin ke tempat yang jelek . QUR'AN SURAT, AL-HAJJ, 22;31)
Lalu
dikembalikan ruhnya kedalam jasadnya dan datanglah kepadanya Malaikat
(Munkar-Nakir) kemudian didudukkan lantas mereka bertanya,
Munkar-Nakir
: Siapa Tuhanmu?
Hamba
Kafir : Ah..ah..aku tidak
tahu.
Munkar-Nakir
: Siapakah laki-laki yang
diutus kepadamu itu?
Hamba
Kafir : Ah..ah.aku tidak
tahu.
Maka
kemudian ada panggilan dari langit yang mengatakan bahwa hamba itu
berdusta.
Baringkanlah di atas neraka dan bukakanlah pintunya. Maka dari
panasnya
serta asapnya menjadi sempitlah kuburnya hingga terbalik tulang
rusuknya.
Lalu datang kepadanya seorang laki-laki yang seram parasnya, buruk
pakaiannya
serta sangat busuk baunya. Ia bertanya,
Hamba
Kafir : Siapakah engkau?
Laki-laki
itu : Aku adalah amal
jahatmu
Hamba
Kafir : Ya Allah janganlah
dibangkitkan hari kiamat.
(HR. AMAD
dalam musnad) (Dari Menuju ke Alam Barzah - Hamid Muhammad al - Abbadi, hal
58-60, 1982)
Keterangan:
Lliyyin = nama kitab yang mencatat segala perbuatan
orang-orang yang
berbakti, tempat yang sangat tinggi.
Sijjin = nama kitab yang mencatat segala perbuatan
orang durhaka, tempat
terendah di bawah bumi.
Dalam
hadits lain disebutkan secara singkat perbedaan tentang sambutan orang mukmin
dan orang kafir terhadap maut. Dari Ubadah bin Shamit, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, Tunggulah mayit saat menjelang kematiannya.
Jika kedua matanya telah memancar,
dahinya berkeringat, jalan nafasnya
turun naik maka disitulah rahmat Allah telah turun kepadanya. Jia ia telah
mendengkur seperti dengkur anak onta serta warna (rupanya) telah beku dan
mulutnya mengeluarkan buih, maka inilah azab Tuhan telah turun (HR.HAKIM,
TIRMIDZI)
Dan
seorang hamba akan tahu tempat kembalinya bila ajalnya sudah dekat, seperti
sabda Nabi Saw:
Tiada
akan keluar seseorang dari kamu meninggalkan dunia ini sehingga ia
mengetahui
kemana tempat kembalinya serta melihat tempat duduknya dari surga atau neraka (ALHADITS)
Bagaimanakah
seseorang yang akan mati bisa melihat tempatnya di surga atau di neraka.
Diriwayatkan dari Nabi Saw, beliau bersabda:
Ruh
orang mukmin tidak akan keluar sebelum ia melihat tempatnya di surga dan ruh
orang kafir tidak akan keluar sebelum dia melihat tempatnya di neraka.
Mereka
(para sahabat) bertanya,
Sahabat : Wahai Rasulullah, bagaimana orang
mukmin bisa melihat
tempatnya di
surga dan orang kafir bisa melihat tempatnya di
neraka?
Nabi
: Sesungguhnya Allah Ta-ala
menciptakan Malaikat Jibril dengan
sebaik-baik bentuk dan mempunyai enam ratus
sayap. Diantara
sayap-sayap itu terdapat dua sayap berwarna
hijau seperti
sayap burung merak. Apabila dia menebarkan
sayapnya maka
akan memenuhi ruangan langit dan bumi. Pada
sayap kanannya
terdapat lukisan surga serta segala isinya,
bidadari, istana, kamar
-kamar bertingkat, para khadim, para pelayan
dan anak-anak.
Sedang pada saya kirinya terdapat lukisan
neraka jahanam
beserta segala isinya, ular, kalajengking,
kamar-kamar bertingkat
rendah dan Malaikat Zabaniyah.
Maka
apabila ajal seorang hamba telah tiba maka masuklah sekelompok makaikat pada
urat-uratnya dan menyerap ruhnya dari kedua telapak kaki sampai kedua lututnya
kemudian keluar dan masuklah sekelompok malaikat yang ketiga dan menyerap
ruhnya dari perut sampai ke dadanya kemudan keluar dan masuklah sekelompok
malaikat yang keempat dan menyerap ruhnya dari dada sampai ketengorokannya
sebagaimana firman Allah ta'ala: Maka kalau engkau bisa mengapa tidak engkau
kembalikan ketika ruh sudah sampai ke tenggorokan padahal ketika itu kamu
sekalian melihat. Pada waktu itu apabila dia seorang mukmin maka Jibril as
menebarkan sayapnya yang kanan sehingga dia melihat tempatnya di surga dan dia
merindukan serta terus memandangnya dan tidak mau melihat lainnya walaupun itu
ayah, ibu atau anak-anaknya oleh karena rindunya kepada tempat itu.
Dan
apabila dia seorang munafik maka malaikat Jibril as menebarkan sayapnya yang
kiri sehingga dia melihat tempatnya di neraka Jahannam dan dia terus memelototi
nya dan tidak bisa melihat yang lain walaupun itu ayah, ibu ataupun
anak-anaknya sendiri oleh karena susahnya terhadap tempat itu. Maka
berbahagialah orang yang kuburnya merupakan pertamanan dari beberapa pertamanan
surga dan celakalah orang yang kuburnya merupakan jurang dari beberapa jurang
neraka.
(KANZUL
AKHBARI) - (Dari Durratun Nasihin II, hal 203-207)
Apabila
seorang hamba sudah mulai na'za (nyawa akan tercabut) Malaikat Maut
(Izrail) berseru: Biarkanlah dia agar bisa beristirahat. Apabila ruh
sudah
sampai
di dada, Izrail berkata: Biarkan dia agar bisa
beristirahat. Dan apabila
ruh
sampai ditenggorokan maka terdengarlah seruan : Biarkan dia agar semua anggota
badannya bisa saling berpamitan. Mata berpamitan dengan mata seraya
berkata: Semoga kesejahteraan untukmu sampai hari kiamat. Demikian juga kedua
telinga, dua tangan dan dua kaki, sedangkan ruh berpamitan dengan jasad. Kita
berlindung diri kepada Allah Ta'ala dari pamitannya iman kepada lisan dan
pamitannya ma'rifat kepada hati. Maka tinggallah kedua tangan tanpa gerak, dua
kaki tanpa gerak, dua mata tanpa daya untuk melihat, dua telinga tanpa daya
untuk mendengar dan jasad tanpa ruh lagi. Bila hati tidak berma'rifat kepada
Allah, maka bagaimanakah keadaan seseorang dalam kuburnya, dia tidak bisa
melihat ayah dan ibunya, anak dan handai-taulannya dan tidak pula menemukan
tempat tidur, saudara-saudaranya serta aling-aling, maka bila tidak bisa
melihat Tuhan Yang Maha Mulia, sungguh dia dalam kerugian yang amat besar.
(ZAHRATUR
RIYAADHI)-(Dari Durratun Nasihin III, hal.120-122-Usman al-Khaibawi)
Untuk
memperoleh ketenangan dalam menghadapi maut yang mengerikan itu. Rasulullah
Saw pernah mengajarkan ucapan yang tiada satupun ucapan yang lebih baik dari
ucapan itu. Dari Jabir bin 'Abdullah berkata, kudengar'Umar bin Khattab
berkata kepada Thalhah bin Ubaidah: "Kenapa kulihat engkau kusut dan
kelabu sejak Rasulullah Saw wafat atau apakah engkau disakiti Imarah, anak
pamanmu?"
Aku
berlindung kepada Allah, sungguh aku tidak akan seperti ini (gundah) kalau bukan
karena aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang
tidak diucapkan seseorang ketika maut
mendatanginya melainkan akan mendapatkan ketenangan di dalamnya, pada saat ruh
dikeluarkan dari dalam jasadnya dan akan menjadi cahaya pada hari kiamat nanti.
Aku
lupa tidak bertanya kepada beliau dan beliaupun tidak menceritakan kepadaku.
Itulah yang membuatku bersusah hati. Umar bin Khattab berkata : 'Aku akan mengetahui
kalimat itu' Jawabnya : 'Alhamdulillah, apa itu?' Kata Umar: 'Itu adalah
kalimat Lailaha Illallah. 'Thalhal berkata: 'Benar engkau.' (HR.
MUSLIM, AHMAD, TIRMIDZI, NASA'I, ABU DAWUD, IBNU MAJAH DAN BAIHAQI).
Orang
yang dalam sakaratul maut itu mengalami kebingungan yang amat sangat. Karena
itu seseorang yang sedang mendekati ajal wajib dituntun dengan ucapan yang
telah dicontohkan Nabi.
Dalam
hadits Wasilah bin Asqa' disebutkan, Talqinkan dan hadirkan orang yang
hendak
mati diantara kamu dengan (ucapan) Lailahaillallah serta gembirakanlah dengan
surga, sebab orang laki-laki maupun perempuan yang tabah sekalipun pada saat
yang gawat itu akan kebingungan. Demi Allah, pandangan terhadap malaikat maut
saja sudah terasa lebih hebat dari seribu kali sabetan pedang. Demi Allah, jiwa
seseorang tidak akan meninggalkan dunia sebelum setiap keringatnya terasa sakit
karena bingungnya. (AL-HADITS)
Jaminan
Rasulullah bagi orang yang sanggup mengucapkan kalimat tahlil di akhir
hidupnya. Bersabda Rasulullah Saw: "Barang siapa akhir ucapannya
Lailahailallah,
dijamin ia masuk surga". (HR. ABU YA'LA DARI ABI
SAID)
Keterangan
Para
ulama berpendapat bahwa dalam hal pengucapan kalimat tauhid ini sangat
tergantung pada pribadi orang itu sendiri dalam perjalanan hidupnya. Jika
seorang hamba itu bukan ahli ibadah maka sulitlah ia mengucapkannya walaupun
diajarkan berulang kali dan sebaliknya.
Disamping
mendapat jaminan masuk surga bila sanggup mengucapkan kalimat tahlil, orang
mukmin juga akan mendapat keringanan berupa berupa berkurangnya rasa sakit
ketika ruh keluar dari badan dan kemudahan kematiannya. Rasulullah Saw
Bersabda: "Ruh orang mukmin keluar
dari jasadnya sebagaimana keluarnya rambut dari adonan roti."
Renungan
Sebenarnya
rasa sakit itu tetap ada dan tidak berkurang tetapi karena ada faktor
luar yang lebih kuat pengaruhnya (yaitu melihat kedahsyatan indahnya surga),
maka seolah-olah rasa sakit itu tidak terasa sama sekali bahkan seringkali
rasa sakitnya itu disambut dengan senyum di bibir. Bukti dari rasa sakit
yang sebenarnya ada tetapi tidak dirasakan ini pernah dibuktikan oleh para
wanita yang melihat penampilan dari wajah Nabi Yusuf as sambil mengiris buah
yang ternyata mereka mengiris-iris tangan mereka sendiri tanpa terasa karena
pengaruh kebagusan paras Nabi Yusuf as. Bagaimanakan kiranya jika yang
dipandang itu para bidadari yang diciptakan dari yakut dan permata, bukan dari tanah seperti Nabi Yusuf as?
Seorang
mukmin akan dengan sukarela meninggalkan dunia setelah melihat apa yang tidak
dilihat oleh manusia disekelilingnya. Diterangkan dalam sebuah hadits:
Sesungguhnya
ketika Malaikat Maut hendak mencabut ruh seseorang, maka
orang-orang
itu berkata:
Orang
itu : Aku tidak akan
memberikan apa-apa yang engkau belum
perintahkan untuk itu.
Malaikat
Maut : Tuhanku telah
memerintahkan aku untuk itu
(Ruh itu
minta tanda bukti darinya, ia berkata)
Ruh
: Sungguh
Tuhanku telah menciptakan dan telah
memasukkan aku ke dalam jasadku, pada waktu itu kamu
tidak ada
padaku dan sekarang kamu akan mengambilku.
(Maka
Malaikat Maut kembali kepada Allah Ta'ala dan mengadu)
Malaikat
Maut : Sungguh hamba Engkau Fulan
berkata demikian dan
demikian serta minta tanda bukti.
Allah
: Ruh hamba-Ku
itu telah benar, hai Malaikat Maut pergilah
engkau
ke surga dan ambillah sebuah apel yang
diatasnya ada tanda-Ku kemudian tunjukkan kepada ruhnya.
(Malaikat
Mautpun pergi ke surga dan mengambil sebuah apel yang di atasnya
tertulis
Bismillaahir Rahmaanir Rahiimi kemudian menunjukkan kepada ruh itu.
Dan
tatkala ruh itu melihat tanda itu maka keluarlah dia dengan semangat.
(ZAHRATUR
RIYAADHI)-(Dari Durratun Nasihin III. Hal 122-123)
Dalam
hadits lain disebutkan, Apabila Allah
Ta'ala berkehendak mencabut ruh seorang mukmin maka datanglah Malaikat maut
dari arah mulut orang mukmin itu untuk mencabut ruhnya. Maka keluarlah dzikir
dari mulutnya seraya berkata,
Mulut
: Tidak ada jalan bagimu dari
arah ini sebab orang mukmin ini
telah memakai lisan ini untuk berdzikir
kepada Tuhanku.
(Malaikat
pun kembali kepada Tuhan dan mengatakan demikian dan demikian. Maka Allah
Ta'ala berfirman),
Allah : Cabutlah dari arah lain! (kemudian
Malaikat mendatangi dari arah tangan. Maka keluarlah dari tangan itu sedekah,
usapan terhadap kepada anak yatim, penulisan ilmu pengetahuan dan pukulan
pedang dan tangan berkata seperti yang pertama dikatakan lisan, kemudian
Malaikat datang kepada kaki dan kaki pun berkata seperti yang pertama).
Kaki
: Sungguh dia telah berjalan memakai
aku untuk mendatangi shalat
berjamaat, beberapa shalat Hari Raya serta
pengajian-pengajian.
(kemudian
Malaikat datang dari arah telinga dan telingapun berkata seperti yang pertama
dikatakan lisan),
Telinga
: Sungguh dia telah memakai aku untuk mendengarkan Al-Quran dan dzikir.
(Lalu
Malaikat datang dari arah mata dan matapun berkata seperti yang pertama
dikatakan lisan),
Mata
: Sungguh ia telah menggunakan aku untuk melihat beberapa mushaf dan kitab.
(kemudian
Malaikat Maut kembali kepada Allah Ta'ala dan berkata),
Malaikat
Maut : Ya Tuhanku, sungguh aku
telah ditaklukkan oleh alasan-
alasan
anggota badan hamba yang beriman itu maka
bagaimana aku bisa mencabut ruhnya?
Allah
: Tuliskanlah nama-Ku pada telapak tanganmu lalu tunjukkan kepada ruhnya.
(Maka
setelah melihatnya dan karena cinta kepada-Nya, ruh orang beriman itu
keluar
dari arah mulutnya). (Dari Durratun Nasihin II, hal 161-163). (Tamat)
(Ach. Muchlis)